Rotating X-Steel Pointer Ancient Thinking ~ Synchronize

Ancient Thinking

Stonehenge?
Piramida Giza?
Piramida Inca?
Garis Nasca?
Taman Gantung Babilonia?
Borobudur?

Bagaimana mereka membuatnya? Apa teknologi yang mereka gunakan? Bagaimana mungkin? Untuk apa? Di halaman ini kalian akan menemukan jawabannya!

Post#1  Stonehenge! Stone of History



Apa diantara teman semua ada yang tahu bahwa batu dapat digunakan sebagai sistem penghitungan hari?

Apa diantara teman semua ada yang tahu bahwa batu dapat menjadi sebuah tempat ritual orang-orang terdahulu?

Apa diantara teman semua ada yang tahu bahwa batu adalah benda yang sangat multifungsional di masa lalu?

Mengapa batu dan batu yang disebutkan?
Karena di postingan kali ini, penulis akan memberikan informasi kepada teman semua mengenai suatu warisan peradaban yang menakjubkan dan terbuat dari batu. Tepatnya terbangun.

Arsitektur menakjubkan dan tak terpikirkan,
Stonehenge

Stonehenge merupakan suatu arsitektur kuno yang tersusun dari batu-batu besar yang saling menopang agar bangunan tersebut tetap berdiri. Monumen kuno ini terletak di barat daya tanah Inggris. Di dekat Amesbury, tepatnya di Wiltshire.

Seberapa tuakah bangunan ini?
Jelas sangat tua. Bangunan ini dibangun sekitar tahun 3000-1000 sebelum masehi,
tepatnya di penghujung zaman batu dan di awal zaman perunggu. Bila kita hitung, umur dari bangunan ini adalah sekitar 5000 tahun!
Begitu tua kan?

Tujuan bangunan tua yang paling terkenal di Eropa ini di bangun masih menjadi kontroversi bagi para ahli. Tetapi, banyak para ahli sepakat, bahwa bangunan ini dibangun dengan tujuan sebagai tempat seremonial atau keagamaan pada zaman itu.
Tetapi, satu tanggapan dari John Aubrey, bahwa Stonehenge merupakan sebuah candi atau tempat peribadatan yang dibangun oleh Druids, pendeta kaum Celtic yan pada saat itu sedang berhadapan dengan kerajaan Romawi yang menguasai Britania kuno pada awal tahun masehi.

Tetapi, teori John Aubrey terbantahkan pada abad ke-20 ketika para arkeolog membuktikan bahwa Stonehenge dibangun pada era 2000 tahun sebelum masehi, sebelum generasi Celtic dan Romawi kuno ada. Hal ini menguatkan bahwa Stonehenge merupakan bangunan yang telah ada lebih dari 5000 tahun yang lalu. Orang-orang Neolitik membangun monumen ini dengan tujuan yang belum terkuak hampir selama 50 abad.

Pada tahun 1960-an, astronom Amerika bernama Gerald S. Hawkins mengemukakan bahwa Stonehenge merupakan suatu observatorium astronomi dan kalender rakyat setempat yang sungguh kompleks. Hawkins berpendapat bahwa orang-orang di zaman dahulu menggunakan monumen ini untuk mengetahui fenomena Astronomi, seperti pergantian musim panas dan dingin, titik balik matahari, juga gerhana bulan maupun matahari. Teori ini sangatlah dikenal hingga saat ini, walaupun masih dalam kerancuan. Pasalnya, para arkeolog meragukan keahlian matematika kaum terdahulu untuk menganalisa gejala astronomi menggunakan Stonehenge.

Bagaimana Stonehenge dibangun?
Stonehenge dipercaya dibangun melalui tiga tahap. Hal ini diutarakan ketika para arkeolog menggali situs ini pada tahun 1950-an.
Tahap pembanguna pertama dilakukan pada era 2900 sebelum masehi. Parit terbentuk dengan kedalaman 1,5 meter. Dan para arkeolog percaya bahwa tanduk rusa digunakan sebagai pemisah antara dua batuan kapur besar yang berdiri sehingga terbentuk celah diantaranya.
Tahap kedua dilakukan sekitar tahun 2900 hingga 2500 sebelum masehi. Di tahap ini, sudah mulai ditambahkan kayu pada konstruksinya.

Dan pada tahun 2550 hingga 1600 sebelum masehi, tahap ketiga dalam pembangunan dilaksanakan. Penambahan 80 pilar batuan beku di sekitar pusat konstruksi menjadi ciri pembangunan pada era ini. Tahap inilah yang menjadi tahap paling rumit sepanjang sejarah konstruksi Stonehenge. Pasalnya banyak sekali batuan yang ditambahkan maupun dikurangi dari situs tersebut.

Hingga saat ini, Stonehenge masihlah menjadi suatu tanda tanya besar yang menjejali otak para manusia yang berkecimbung di dunia arkeologi. Misteri begitu kental terasa di balik keindahan reruntuhan batu yang sangat begitu tua. Berita dan tanggapan yang simpang siur, searah, dan saling menolak membuat misteri ini kian menjadi kompleks.

Hal inilah yang harus kita amati kawan. Kita harus menyadari bahwa masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Maka dari itu, kita harus memiliki ambisi untuk dapat menyelesaikan masalah yang belum terpecahkan di masa lalu. Pendongkrak ambisi itu agar menjadi kenyataan adalah dengan belajar, belajar, dan belajar. Mungkin, di antara kita akan ada yang menjadi orang pertama yang dapat memecahkan misteri Stonehenge. Sang Penemu Fakta Sejarah yang Dulu Sempat Dikaburkan Fakta Lainnya.

Pustaka :
id.wikipedia.org/wiki/Stonehenge
Microsoft Encarta 2008 Microsoft Coorporation

0 komentar:

Posting Komentar